New Beginning






Haaiiii....

Lama banget aku gak muncul dirumahku ini. 2014... terakhir kali aku singgah disini.

Ini bukan karena aku punya rumah yang baru, tapi aku mencoba berlalu lalang seperti orang-orang disana.

Namun, yang kini kusadari... aku merindukan rumahku. Aku merindukan tempat ini. Tempat dimana aku bisa melahirkan anak-anakku (tulisan). Dan mungkin setelah sekian lama, cara penulisan dan isi ceritaku akan berubah.

Aku berharap kalian tidak meninggalkan rumahku ini dan tetap mengunjungi sesekali untuk melihat anak-anakku.


Terima kasih.

U don't know what is love (part 1)



Author : NickN Sara
Genre   : Romance, Friendship
Rating  : PG-13
Length : Chaptered
Main cast:
Lee Donghae
Amber
Im Yoona
Other cast:
SM Artist

Cantik. Itulah dia. Bahkan mungkin lebih dari kata cantik hingga aku bingung harus menyebut apa untuk kesempurnaan wajah yang dimilikinya. Kepribadiannya yang ceria seakan mewarnai semua kepenatan yang ada didunia ini. Bahkan lewat senyumnya yang sangat ramah dan jujur, ia mengisi setiap napas dalam hidupku selama ini.
Wajarlah jika ada begitu banyak pria di Seoul… ahh tidak, mungkin bahkan pria di seluruh dunia ini yang mengagumi sosoknya itu.  Sedikit banyak itu membuatku bahagia bisa memilikinya tapi juga sesak didada.
Sesak, iya. Entah sudah berapa banyak pria yang sudah di’couple’kan dengannya dan sebagian adalah hyung dan dongsaengku. Ia memang mudah akrab dengan semua orang termasuk anggota grupku, Super Junior. Tapi sakit sekali rasanya melihat para hyung dan dongsaengku membicarakan dan menggodanya.
            "Hyung, dia tidak lebih dari hoobae bagi kami semua. Percayalah itu. Tentang kedekatan Teukie Hyung, Siwon Hyung atau Kyuhyun dengannya, itu tidak lebih dari kebutuhan publik semata."
Itu adalah kata-kata Ryeowook tiap kali melihatku terdiam memandangi Yoona bersama dengan member grupku. Sedikit melegakan dan menenangkanku. Mungkin itulah kenapa aku sangat menyayangi dongsaengku yang satu ini. Apalagi ia jika aku murung, ia akan membuatku masakan yang sangat enak untukku.
Im Yoona…
Itulah nama kekasihku. Siapa yang tidak mengenal dia coba? Seorang member girlband ternama dan yang paling cantik di Korea. Sudah lama sekali aku menjalin hubungan dengannya. Bila dipikir-pikir itu telah terjadi selama masa trainee kami. Selama itu pula sudah berkali-kali aku putus dan rujuk dengannya. Sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan.
Suhu malam hari di Busan terasa begitu panas hari ini. Seharusnya tidak seperti ini. Bukankah sekarang adalah musim dingin? Tapi kenapa seluruh badanku begitu panas?
            “Wooyyy hyunggg!” teriak seseorang yang tiba-tiba muncul sambil menepuk bahuku
Donghae tampak begitu terkejut hingga membuyarkan pembicaraannya dengan dirinya sendiri yang sudah terjadi sedari tadi. Entah sudah sejak kapan ia berdiri termenung di balkon paling atas di hotel yang ditempatinya kini. Dipandanginya seseorang yang tak asing baginya. Seseorang yang sangat tampan untuk ukuran seorang yeoja.
            “Hufftt… kau benar-benar membuatku terkejut.” Keluh Donghae sambil mengedarkan pandangannya mengamati gemerlap lampu dimalam hari untuk menyembunyikan masalahnya.
            “Apa kau ada masalah hyung? Yoona eonni lagi?” kata Amber dengan asalnya
Tak ada respon dari Donghae. Ia pun langsung merangkul bahu sunbaenya itu sambil menepuk-nepuknya. Donghae melirik tajam kearah Amber dan mendapati Amber yang tengah memainkan alisnya untuk menghiburnya. Senyumpun langsung tersirat diwajah Donghae yang kemudian membalasnya dengan mengacak-ngacak rambut Amber.
            “Kajja… kita makan hyung.” Ajak Amber
Hyung
Begitulah Amber memanggil Donghae. Aneh? Iya. Seorang yeoja harusnya memanggil namja yang umurnya lebih tua darinya dengan sebutan Oppa, tapi dia justru memanggil Donghae dengan sebutan hyung. Seolah menganggap dirinya adalah seorang namdongsaeng bagi Donghae. Membuat para sunbae atau anggota Fx yang lainnya hanya bisa menggelengkan kepala.
            “Bukankah aku dan dia sangat mirip? Dia juga menyebutku dengan ‘mini Donghae’. Itu membuatku semakin merasa kalau aku ini adalah saudara kembarnya.”
Itulah jawaban Amber setiap kali ada yang bertanya tentang mengapa ia memanggil Donghae dengan sebutan hyung. Alasan yang aneh dan terkesan melantur. Namun tak dapat dipungkiri tentang kemiripan wajah mereka itu.
****
            “Mari kita jalani hubungan sebagai sunbae dan hoobae saja Oppa.” Pinta Yoona
            “Mwo???”
Donghae menatap kedalam bola mata kekasihnya itu. Ia tahu ada kata pisah disana. Namun sebisa mungkin ia mengabaikan semua itu. Dirangkulnya bahu Yoona dan dibawanya gadis bertubuh kurus tinggi itu untuk kembali masuk kedalam kamar hotel mereka masing-masing.
            “Oppa… Aku serius.” Seru Yoona yang mencoba menahan tubuhnya untuk tetap pada tempatnya berdiri.
            “Wae? Waeyo? Aku tahu mungkin selama ini aku hanya melakukan hal yang sama setiap hari saat bersamamu. Aku tahu kau pasti bosan dengan semua itu. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan lagi?”
            “Aniya… bukan itu Oppa. Aku ingin serius pada karirku dan tidak ingin terikat dengan siapapun. Aku juga tidak ingin melukaimu saat aku tengah bersama namja lain.”
            “Kenapa selalu itu yang menjadi alasanmu? Kita sudah putus 3 kali hanya karena alasan itu. Kita tidak bisa seperti ini terus.”
            “Karena itulah, kita berpisah Oppa. Mari kita hidup sebagai sunbae dan hoobae saja. Dan kali ini, kita harus benar-benar berpisah Oppa. Mianhae Oppa…” Balas Yoona yang mengambil langkah untuk pergi meninggalkan Donghae sendirian di balkon hotel.
“Basah. Apa ini? Ada sesuatu yang basah diwajahku. Gerimiskah ini atau airmataku? Kenapa hujan jatuh disaat seperti ini? Kenapa dadaku terasa begitu sesak? Bukankah aku sangat menyukai hujan sejak mengenal Yoona? Tapi kenapa hujan hari ini terasa begitu menyakitkan?” pikir Donghae
Saat itu pula, Donghae lebih memilih pulang ke kampung halamannya di Mokpo untuk menenangkan diri. Ia tidak ingin terlalu menampakkan kesedihannya dihadapan hyung dan juga dongsaengnya.
            “Kenapa tiba-tiba? Apa terjadi sesuatu?” tanya Leeteuk yang terlihat begitu cemas mendengar Donghae yang ingin pulang ke kampung halamannya.
            “Aniya. Gwaenchanayo hyung. Aku hanya merindukan appaku. Sekalian aku juga ingin membersihkan makamnya sendiri. Tak lama hyung. Mungkin hanya 3 hari.” Balas Donghae yang mencoba meminta ijin pada hyung tertuanya itu
            “Sepertinya dia sedang ada masalah dan ia tidak mau menceritakannya padaku.” Gerutu Leeteuk tatkala melihat kepergian dongsaeng kesayangannya itu.
            “Kudengar ia putus dengan Yoona.” Sahut Jongwoon yang tiba-tiba muncul dikamar Leeteuk dan membuat sang leader begitu terkejut hingga hampir terjatuh
            “Yakkk kau mengagetkanku. Kapan kau masuk? Chagaman… mereka putus?”
            “Ne hyung. Itu yang kudengar.”
            “Hm pasti mereka akan baikan lagi seperti yang sudah-sudah.”
            “Aniya hyung. Kali ini mereka benar-benar telah mengakhiri hubungan mereka dan sepakat untuk tidak rujuk kembali.”
            “Karena itukah dia memilih menyembunyikan kesedihan dengan mengunjungi makam appanya? Apa yang lain tahu?” tanya Leeteuk dengan wajahnya yang kini muram
            “Aniya. Sepertinya belum ada member kita yang tahu.”
Sebagai leader, Leeteuk merasa memiliki kewajiban untuk membantu mengatasi permasalahan yang dialami membernya. Namun pada kenyataannya tak banyak rahasia member yang diketahuinya. Itulah yang membuatnya sedih.
Karena itulah Jongwoon merasa memiliki kewajiban membantu hyungnya itu dengan cara mendekati dan mencari tahu masalah yang dialami dongsaengnya lalu kemudian memberi tahunya pada Leeteuk. Ya, itulah Kim Jongwoon. Sosok yang sebenarnya sangat dewasa untuk ukuran seorang namja yang tampak aneh dihadapan para fans atau member lain.
Dua hari sudah Donghae berada di Mokpo. Menghabiskan waktu bercerita didepan makam appanya dan berjalan menyusuri pantai. Butir-butir kenangannya bersama appa dan juga dongsaengnya seakan jatuh dan terulang lagi di depan matanya. Ia masih ingat ketika ia dan adiknya bermain dipantai sambil menunggu appanya pulang dari bekerja. Sosok yang sangat ia rindukan dan ia butuhkan saat ini.
            “Appa… andai kau ada disini dan menghiburku… Aku tidak tahu harus cerita pada siapa. Aku takut mereka akan mengkhawatirkanku dan bersikap berlebihan padaku. Itu jelas akan membuatku semakin sulit untuk melupakan Yoona.” Batinnya tatkala menatap matahari yang tengah tenggelam
Sebuah sentuhan yang teramat keras terasa dibahu Donghae. Mungkin lebih tepat seperti sebuah pukulan karena meninggalkan sedikit rasa sakit. Ditengoknya seseorang yang kini tengah rapat memeluk bahunya itu dan membuatnya menggelengkan kepala. Siapa lagi kalau bukan Amber, yeoja tampan yang selalu muncul tiba-tiba layaknya sebuah bayangan.
            “Aishh jinjja. Kau hampir membuatku mati terkena serangan jantung.” Keluhnya
Sebuah senyum dilayangkan oleh Amber dan membuat runtuh seketika kekesalannya.
            “Kau selalu muncul tiba-tiba dan selalu tahu dimana aku berada.” Keluhnya lagi
            “Hahaha tentu saja. Oh iya, apa hyung punya masalah?” tanya Amber dengan suaranya yang tegas dan tak menggambarkan sosok yeoja yang memiliki kelemahan
            “Aniya. Aku hanya sedang merindukan appaku.” Ucap Donghae yang mencoba mengalihkan pandangan dari tatapan tajam Amber
            “Hyung. Jika kau memiliki masalah, berbagilah denganku. Bukankah doraemon memiliki mini dora yang selalu membantunya? Aku juga begitu. Karena aku adalah ‘mini donghae’mu, jadi aku akan membantumu. Arrachi???”
Donghae menatap yeoja yang umurnya 6 tahun lebih muda darinya. Dikalungkannya lengannya pada leher Amber dan ditariknya kepala yeoja itu kedalam ketiaknya. Menunjukkan rasa gemas dalam dirinya pada yeoja itu.
            “Kajja, hari sudah malam. Udara malam tidak baik untuk kesehatanmu. Malam ini kau menginap dirumahku saja.”
            “Arghh hyung… Lepaskan aku. Bagaimana bisa kau membawaku seperti membawa bada?” gerutu Amber yang diiringi tawa terkekeh dari Donghae
Umma Donghae juga terlihat sangat menyayangi Amber. Jika ada Amber, pastilah ia akan memanjakannya dengan makanan. Hal itu membuat Amber betah berada di Mokpo.
Pagi ini, Donghae yang berencana kembali bersama Amber ke Gwangjin-gu, apartemen tempat tinggal Super Junior. Namun mereka memutuskan untuk jalan-jalan dahulu. Ya, tentu saja dengan penyamaran yang lengkap. Kacamata, topi dan jaket berkerudung.
Amber mengajak Donghae untuk melakukan bungee jump yang terlihat tinggi itu. Penolakan keras pun ia terima dari Donghae. Wajarlah dengan tinggi tubuhnya yang standart atau bisa dikatakan pendek, ia takut sekali dengan yang namanya ketinggian. Namun Amber berhasil menyeret paksa Donghae hingga berada di area bungee jump itu.
            “Percayalah padaku hyung. Ini benar-benar menyenangkan.”
            “Bagaimana kau bisa bilang menyenangkan? Dengan ketinggian seperti ini kau akan melompat? Kau benar-benar bukan yeoja normal.” celetuk Donghae yang kini begitu erat berpegang pada pagar dipinggir area.
            “Bagaimana kalau kita melakukan couple? Jadi kita akan melompat kebawah berdua. Ayolah hyung, ini bisa mengurangi stressmu.”
Donghae pun menyerah pada kemauan Amber dan melakukan bungee jump secara bersama-sama sambil berpelukan erat. Teriakan keras, mereka gemakan tatkala mereka telah terjun bebas dari arena bungee jump tersebut.
            “Hufhhh daebak. Benar-benar mendebarkan dan menyenangkan.” Gumam Donghae tatkala sudah menyelesaikan bungee jump-nya.
            “Benar kan hyung yang kubilang? Kapan-kapan kau harus mencoba sendirian.”
            “Tapi, sebaiknya kau berhenti bermain seperti ini. Ini bukan permainan yang baik untuk yeoja. Dasar kau ini.”
            “Arasseo arasseo. Yang penting sekarang hyung sudah sedikit rileks kan?”
Amber tidak langsung kembali ke dormnya sepulang dari Mokpo. Ia malah memutuskan untuk mengikuti Donghae ke dorm Super Junior.
Seperti biasa, Amber selalu berjalan dengan begitu ringannya hingga seperti ia tidak pernah menyentuhkan tumitnya diatas tanah. Itulah yang kini diperhatikan Donghae tatkala Amber melepas sepatunya dan memasuki apartemen Super Junior dengan langkahnya khasnya itu.
Tak hanya itu, setiap kali bertemu para sunbaenya, ia selalu menodongkan tangannya dari jauh dan memeluk sunbaenya itu layaknya namja yang saling bertemu. Begitu pula hari ini, dengan gayanya yang khas, ia memeluk para member Super Junior dengan begitu akrabnya hingga membuat Donghae tanpa sadar tersenyum saat memperhatikannya.
            “Sepertinya kita tidak perlu mengkhawatirkannya kini. Amber benar-benar sudah menolong kita.” Bisik Leeteuk pada Jongwoon yang ada disampingnya yang ditanggapi anggukan oleh Jongwoon
            “Aku baru membuat masakan. Makanlah bersama kami.” Ajak Ryeowook
            “Huwaa jinjja? Kebetulan aku lapar sekali setelah berteriak tadi. Hyung, ayo kita makan.” Kata Amber pada Donghae
            “Amber Liu, apa yang telah kau lakukan dengan Donghae tadi?” tanya Eunhyuk
            “Bungee Jump. Ahhh pasti Oppa juga belum pernah mencobanya kan? Bagaimana kalau lain kali kita melakukannya bersama?” balas Amber dengan mulut yang penuh makanan
            “Apa yang kau maksud melompat dari ketinggian? Yakkk… Amber Liu, bagaimana seorang yeoja menyukai hal seperti itu?” sahut Leeteuk
            “Hyung, sepertinya kau melupakan jika dia itu bukan yeoja yang normal.” Sahut Kyuhyun yang mendapat tatapan tajam dari Amber
            “Jadi Oppa  ingin bilang kalau aku ini aneh?” sahut Amber
            “Aku tidak mengerti yang kau katakan. Bisakah kau bicara dalam bahasa Spanyol?” goda Kyuhyun dengan wajah evilnya
            “Arghhh… orang-orang disini aneh. Aku harus segera pergi.” Gerutu Amber sambil mengembungkan pipinya.
Tawa dan candaan pun malah semakin berlanjut dengan sikap polos Amber itu. Sesekali Donghae yang duduk disampingnya, mengacak-acak rambut Amber karena gemasnya.
****
Matahari mulai meredupkan sinarnya pada sore hari ini. hanya ada semilir angin dingin dan rintik gerimis kecil yang mulai menjatuhi kota Seoul ini. tak seperti yeoja pada umumnya yang memakai payung atau berteduh, Amber lebih memilih mengerudungkan jaketnya dan melanjutkan langkah kakinya menuju sebuah rumah kecil yang jauh dari pemukiman penduduk.  Rumah yang selalu dikunjunginya tanpa sepengetahuan siapapun bahkan oleh Krystal, dongsaeng sekaligus sahabatnya.
Dilepasnya penyamarannya itu tatkala memasuki rumah yang tidak lain adalah miliknya sendiri. Ia melanjutkan langkah kakinya menuju sebuah kamar yang penuh dengan tempelan foto dan juga poster seorang namja. Dijatuhkannya tubuhnya diatas tempat tidur dan ditatapinya satu per satu gambar di dinding kamarnya.
“Tampan, hangat dan selalu membuatku nyaman. Entah bagaimana bisa aku memutuskan untuk merajut cinta sepihak ini, yang justru membuatku sulit lepas darimu. Kau seperti sebuah udara yang harus kuhirup setiap waktu. Tanpamu dadaku serasa sesak. Andai saja aku benar-benar bayanganmu. Bagiku itu sudah lebih dari cukup.”
Amber melangkahkan kakinya dan memandang keluar dari jendela kamarnya. Terlihat begitu jelas sebuah gedung berlapis yang sangat megah. Sebuah gedung yang tidak lain adalah sebuah apartement, dimana salah satu lantainya adalah milik para member Super Junior.
            “Dari sini aku bisa melihatmu Oppa. Meskipun aku tidak bisa tahu apa yang kau lakukan disana. Aku selalu melihatmu. Ya… sejak masa traineeku, aku selalu melihatmu. Tapi apa kau tahu tentang semua itu, Donghae Oppa?”
Bunyi singkat terdengar nyaring dari kantong celananya. Membuyarkan pembicaraan Amber pada dirinya sendiri. Dilihatnya kotak kecil yang serba guna itu. Sebuah pesan masuk dari Krystal yang tampak begitu mencemaskan dirinya.
            - eonni… kau dimana? Kenapa semalam tidak pulang? -
            - ahh mianhae, aku tidak memberi kabar kemarin. Sebentar lagi aku akan pulang. ^_^ – sms balasan dari Amber
            “Eh, ada pesan lagi? Dari hyung?”
            - hei mini donghae, besok datanglah ke tempat latihan. Aku sudah meminta eunhyuk untuk meluangkan waktu. Jadi kita bisa berlatih rap dan juga dance bersama-sama. -
            “Ahhh pasti dia memiliki masalah lagi dengan Yoona eonni. Biasanya jika sudah seperti itu, dia akan menyibukkan diri dengan berlatih dan berlatih. Dasar… kenapa tidak kau belajar menyukai yeoja lain? Sudah tahu sering bertengkar dengan Yoona eonni, tapi masih saja suka padanya.” Gerutu Amber
Sesuai janji, Amber menuju ketempat latihan dimana sudah ada Donghae, Kyuhyun dan Eunhyuk yang tengah bercanda dan tertawa.
            “Kenapa Kyuhyun Oppa juga ada disini?” tanya Amber
            “Jika kau ingin belajar dance, aku jagonya tahu. Bagaimana mungkin kau tidak mengikutsertakanku? Bukankah kau bilang aku adalah idolamu di Super Junior?”
            “Aishh… Oppa sepertinya kau terlalu percaya diri semenjak jadi main dancer.”
            “Hahahaha aku setuju dengan Amber. Bagaimanapun juga kau tidak akan mengalahkan kami.” Sahut Eunhyuk
Suasana tempat latihan kembali menjadi ramai dan penuh tawa. Semuanya tertawa, begitu pula Donghae.
            “Dia tertawa… entah kenapa aku begitu bahagia melihatnya tertawa apalagi saat ia tengah memiliki masalah. Aku juga hampir lupa jika aku pernah mengatakan jika Kyuhyun Oppa adalah idolaku di Super Junior. Kenapa seperti itu? Ya, tentu saja semua itu adalah kamuflase untuk menutupi perasaanku pada pria itu. Pria yang mencuri semua perhatian dan hatiku.” Batin Amber tatkala menatap Donghae
Seusai melakukan latihan dance dan rap, Kyuhyun dan Eunhyuk pergi dahulu untuk syuting acara televisi mereka. Menyisakan Donghae dan Amber berdua didalam tempat latihan itu.
TBC


Untuk part berikutnya main castnya bisa berubah sewaktu-waktu

A Letter To U




Apa kabarmu mas?
Entah sudah berapa ratus menit kita tak saling memandang dan melontarkan kata rindu. Selama itu pula tak kudengar nyanyian kabarmu. Tidakkah kau merindukanku? Tidakkah kau ingin mendengar suaraku? Meskipun hanya untuk menanyakan kabarku saat ini.
Mas, aku tengah terporosok begitu dalam tatkala mendengar sebuah lagu. Sebuah lantunan musik nan indah dan mengisyaratkan suatu awan yang telah menyelimuti kita hingga kini. Lagu yang mampu membuatku mengingatmu hanya dengan mendengar lirik bagian tengahnya saja.
Heeojiji motaneun yeoja, (the girl who can’t say good bye)
Tteonagaji motaneun namja (the boy that can’t leave)
Saranghaji annneun uri geuraeseo (the two of us are no longer in love)
Telahkah kamu cermati dan tuangkan kalimat itu secara perlahan dalam kisah kita, mas? Sudahkah kamu menemukan suatu kesamaan? Seorang wanita yang tidak bisa mengucapkan perpisahan, tidakkah kamu tahu siapa wanita itu? Seorang pria yang tidak dapat pergi, kamu tentu tahu dengan pasti siapa dia.
            “Hubungan yang seperti itu tidak sehat. Lebih baik kamu akhiri saja.” Seru mereka tatkala aku menceritakan semua tentangmu
Ah, sebenarnya bukan itu yang ingin kudengar dari mereka. Tapi aku juga tak mungkin menyuruh mereka membalut luka ini karena ku yakin hanya kita yang mampu membalut sekaligus juga menghunuskan pedang pada luka ini. Bukan mereka. Namun hanya dengan sepenggal kalimat itu, hatiku sudah tercabik-cabik dan teriris secara bersamaan. Apa kamu tahu itu, mas?
Mas… Tak tahukah kamu jika aku sedikit lelah menceritakan rasa sakit ini? Namun nyatanya hanya itu yang selalu kamu goreskan perlahan padaku. Satu senyuman kamu pahat dalam wajahku yang membeku oleh kerasnya hidupku. Satu senyuman kamu tuangkan dalam cawan kehidupanku dengan begitu lembut dan menyejukkan. Namun satu luka juga kamu hunuskan padaku secara perlahan secara bersamaan. Hingga menimbulkan goresan yang panjang dan terikat oleh waktu.
Ingatkah kamu saat angin membelai wajah kita dengan begitu lembut dan mengibarkan kerudungku kala itu? Saat dimana matahari tengah bersembunyi dibalik keangkuhan awan. Saat dimana bulan dan bintang mengikat janji untuk tidak bersua selamanya dengan matahari. Aku berkata padamu kala itu.
            “Aku masih mempunyai seseorang yang terpaku dalam hatiku yang paling dalam.”
            “Tak mengapa. Setiap orang juga memiliki masa lalu. Begitu pula aku.” Ucapmu yang tetap mengulas senyuman dan menatapku.
Aku menyembunyikan wajahku dalam rendahnya tundukkan kepalaku dan terkadang sesekali aku menerawang jauh kedalam langit pikiranku. Terlalu takut rasanya aku melukaimu dengan perasaanku yang masih terpaut dengannya. Terlebih saat kamu mengatakan ‘tak mengapa’ yang justru membuatku merasa menenggelamkanmu dalam ketidakpastian.
            “Aku tidak mudah jatuh cinta dan mencintai seseorang.” Sambungku sambil tetap menjaga pandanganku menjauhi sosokmu.
            “Tak mengapa. Itu justru membuatku tertarik padamu. Aku sanggup menerima semua itu.” balasmu sambil tetap memandangku terdiam
Palsukah semua ucapanmu barusan? Tak ada pria yang mampu menahan sakit ketika sosok yang ada disisinya tengah memikirkan pria yang sudah mencampakkannya. Tak ada pria yang mau menggandeng tangan wanita yang dihatinya tidak mengumandangkan namanya. Namun semua itu nyatanya kamu lakukan padaku.
Aku merasa bersalah padamu. Ya, mungkin hanya untuk sejenak saja. Selebihnya aku mulai menuntutmu banyak. Menuntut akan semua kalimat yang kamu ucapkan padaku itu. Karena kulihat kamu hanya tenang berada disisiku. Tak tahukah kamu jika aku menginginkan bukti akan perasaanmu? Memastikan jika kamu bersungguh-sungguh akan setiap kata yang kamu ucapkan padaku dulu.
Tahukah kamu asal muasal semua itu?
            “Aku akan datang menjemputmu nanti.” Ucapmu kala itu
Aku menunggumu kala itu. Dibawah rapatnya dedaunan pohon yang menaungiku dari derasnya hujan. Memandangi handphone yang sedari tadi kugenggam dan berharap ada balasan darimu. Hingga beberapa menit berlalu, aku tetap menunggu ditengah bercak air hujan yang mulai membasahi kerudung dan rok panjangku.
            “Maaf, aku benar-benar lupa.” Balasmu singkat setelah menit demi menit berupa menjadi jam dan hampir memasuki seperempat hari.
Aku tak lagi berada disana. Karena aku tahu jika kau tidak akan datang. Karena aku yakin, hujan akan tetap melunturkan kepercayaan dan keyakinanmu padaku yang selama ini kucoba tanam untukmu. Dan karena hujan tetap tidak akan bisa mencairkan hatiku yang sakit dan kecewa ini.
Tahukah kamu mas, berapa lama aku berdiri disana? Tahukah kamu betapa kuat emosiku tatkala kamu menjawab sesantai itu? Dan tahukah kamu apa yang aku persiapkan hari itu? Sebuah jawaban yang telah lama kutimang. Sebuah jawaban akan hubungan kita dan kepastian yang kita harapkan bersama-sama dulu.
            “Apa arti diriku untukmu saat ini mas?”
Apa kamu ingat pesan singkat yang kukirimkan tak lama setelah itu padamu mas? Bagaimanapun kesalnya aku padamu kala itu, aku tetap mencoba tenang. Berusaha mengerti akan setumpuk alasan yang kau karang padaku.
            “Sampai saat ini, masih kaulah orang yang terdekat denganku.” Balasmu kala itu.
Hanya sebegitukah arti diriku untukmu mas? Kemanakah perginya semua kata-kata indah dan perasaanmu padaku dulu? Tak bisakah kamu mengatakan jika akulah satu-satunya wanita yang kau sukai? Tak bisakah kau katakan jika kamu mencintaiku mas? Karena saat ini aku mulai sadar jika selama kita bersama, kau hanya mengatakan sayang dan rindu padaku.
Aku memutuskan untuk diam kala itu. Membiarkanmu menemukan sendiri debu yang telah kamu buat mengotori keyakinanku. Membiarkanmu sedikit peka akan perasaanku yang masih berantakan oleh sosokmu. Namun kamu ikut terdiam bersama kebungkamanku. Membuatku kembali ragu akan perasaanku padamu. Juga perasaanmu padaku.
            “Bisakah kita memulainya lagi?” ucapmu kala kebungkaman kita mulai merapat dalam ikatan waktu yang cukup panjang hingga membuat banyak kisah lain diluar sana yang telah menguntai panjang dan hampir berakhir untuk menemukan bagian kisah yang lain.
Semuanya selalu seperti itu. Kisah kita selalu timbul tenggelam dalam arus kehidupan kita yang berbeda. Tak tahukah kamu betapa lelah aku harus mengikuti arus itu?
            “Kamu tak menerimaku apa adanya.”
Begitulah yang ada dalam pikiranmu dan tersirat dalam tatapan matamu. Ya, aku memang tak bisa menerima kekuranganmu itu. Itulah mengapa aku selalu mendorongmu melakukan hal terbaik untuk menutupi semua itu. Bukan merubah. Namun menutupi dengan berusaha sebaik mungkin. Namun kamu sepertinya salah menilaiku dan menenggelamkanku sekali lagi dalam ketidakpastian.
Semuanya kembali berlalu dengan begitu cepat. Tanpa bersuanya kedua mata kita. Tanpa terdengarnya kabar dari masing-masing. Aku kembali mencoba menyambung ikatan itu. Mencoba memperbaiki dan menilai sekali lagi dirimu dalam diriku. Meski aku tahu teman-temanku menilaiku sudah tak memiliki harga diri lagi, aku tetap ingin memastikannya sekali lagi.
Kamu kembali mengecewakanku. Kamu masih sama. Tak ingin beranjak dari kekuranganmu itu. Tak mau mendengarkanku jika aku ingin ingin yang terbaik untukmu. Berapa kali harus kukatakan mas? Aku bersikap seperti itu, karena aku benar-benar ingin yang terbaik untukmu.
Kamu kembali menghubungiku secara instens. Kalimat dalam setiap pesanmu dipenuhi oleh penekanan dan kasih sayang seperti dahulu. Menggambarkan jika dirimu masih mengharapkan diriku seperti saat kamu mengajakku kembali kala itu. Dan kini apakah kamu ingin mengulang kisah kita yang tidak akan ada akhirnya ini?
Tidakkah kau lelah dengan semua ini? Tidakkah kamu berdua sekarang? Tidakkah kamu tahu jika kamu bukanlah lagi pria bodoh yang mau menerimaku meski dihatiku ada pria lain? Bukan lagi pria yang akan berkata ‘tak mengapa’ saat aku mulai meragu. Bukan lagi pria yang sempat membuatku gentar karena kebersamaan kita.
Jikapun kini kamu memutuskan untuk kembali merajut kisah kita yang belum selesai, akankah bisa kita menjaga keyakinan kita untuk saling menguatkan satu sama lain seperti janji kita dahulu?

****
Aku menghentikan jari jemariku untuk bermain diatas keyboard komputerku. Airmataku mulai membayangi mataku saat mengingat semua itu. Rasa sakit dan kekecewaan semua kembali harus kurasakan. Haruskah aku benar-benar mengirim surat ini untuknya? Agar ia tahu bagaimana rasa sakitku kala itu.
Meski kini sudah kuputuskan jika aku tidak akan pernah mengulang kisah cintaku bersamanya. Kisah yang tidak akan pernah menemukan titik kebahagiaan didalamnya. Inilah kisah tragisku dan inilah surat cinta terakhirku untuknya, walau aku tahu aku takkan sanggup mengirimkannya padanya.

KOMIK SUPER JUNIOR 3


RAYUAN EUNHYUK KE LEETEUK
*sayang itu bukan untukQ









YESUNG LEETEUK GAPTEK
*cakep-cakep kq 'oon














PEMBALASAN EUNHYUK TO KYUHYUN
*makanya jgn nakal Oppa











YESUNG RYEOWOOK KEONG BELANG
*duo fenomenal




























KOMIK SUPER JUNIOR 2

ALWAYS EPIL KYU 









EVIL KYU TO HYUK








HYUK GILA *kekekeke









KELAKUAN KYU (Si Epil Garong)









UPIL HYUK


















New Beginning

Haaiiii.... Lama banget aku gak muncul dirumahku ini. 2014... terakhir kali aku singgah disini. Ini bukan karena aku punya rumah ...

Paling Disukai