Irama jantungku berdegup sekeras terjangan ombak
Ketika sebercah cahaya menembus kalbu
Menyapu bersih kebencian dalam jiwa
Keteduhan bayangmu menggengamku
Menaruhku diantara kabut malam dan sinar fajar
Yang membentangkan tirai-tirai cinta
Tempatku terjerat dalam penjara hati
Aku hanyalah sebuah daun di musim gugur
Yang dicampakkan oleh dinginnya hati
Kehadiranmu mencium kening kesepianku
Tapi saat cahaya dimatamu menatapku
Semua bintang dihidupku meredup
Apakah kesepianku yang menarik hatiku padamu ?
Apakah mataku yang haus akan keelokanmu ?
Ataukah keindahanmu yang menerangi mataku ?
Bahkan aku tidak tahu sampai sekarangBruuukkkkk….
Sesosok tubuh tinggi kurus menabrakku. Spontan kuterjatuh saat itu, barang bawaanku pun ikut tercecer kemana-mana.
“ Maaf ya, aku tidak sengaja. “ balas pria itu sambil membantu memungut barang-barangku.
“ Tidak apa-apa. Terima kasih ya?” kupandangi wajahnya Ya Tuhan dia benar-benar tampan. Dia pun pergi, tapi mataku tak berhenti menatapnya walau dia sudah sangat jauh. Wajahnya selalu melintas di benakku sejak saat itu.
Setiap hari kucoba melewati jalan yang sama untuk bertemu dengannya tapi wajahnya tak kunjung kulihat jua. Hingga hari itu, kulihat dia ditaman. Dia benar-benar sempurna, kenapa jantungku berdebar gak karuan ?
“ Darimana saja sih kamu Nad ?” tanya Sano
Sano adalah teman kerjaku. Kami kerja di sebuah café kue dan minuman. Sano adalah pemilik café tersebut sekaligus koki di café itu. Aku sendiri membantunya disana karena kebetulan jarak café dan rumahku sangat dekat. Sano sendiri rumahnya cuma beda satu blok denganku. Oh iya namaku Nadia dan Sano juga sahabatku sejak kecil.
“ Maaf ya ? Apa tadi cafenya ramai ?” jawabku
“ Cuma beberapa orang saja. Kenapa wajahnmu begitu gembira ?” tanya Sano yang mulai curiga pada sikapku
“ Enggak kok, aku cuma biasa saja. “ aku mencoba menyembunyikan ekspresi kebahagiaanku karena bertemu dengan pria itu. Tapi Sano selalu melihat wajahku.
“ Kamu jatuh cinta ya? “ Perkataan Sano membuat jantungku hampir copot. Ya Tuhan… apa Sano tahu ? Tapi kok bisa sih ?
“ Enggak kok ! Kamu ini ada-ada saja. “ jawabku sambil berjalan untuk mengambil baju dan celemek. Kumasuki tempat ganti baju kemudian Sano tersenyum sambil menuju dapur.
Aku pun mulai membersihkan café yang kuanggap sangat besar itu dan membuatku kelelahan bila harus membersihkan semua bagiannya. Dibagian depan ada tempat meja dan kursi pengunjung makan jumlahnya sekitar sebelas meja dan tiap meja ada empat kursi. Belum lagi disudut sebelah kanan ada meja panjang etalase macam-macam kue dan disana biasanya aku dan Sano ngobrol kalau tidak ada pengunjung. Dibagian belakang hanya ada dapur dan tempat cuci piring lalu ada kamr mandi dan laci tempat tas dan pakaian tiap pegawai. Sebenarnya pegawainya ada 3 orang satunya dibagian dapur bersama Sano tapi kadang juga bantu-bantu aku didepan. Jam buka café sekitar pukul 9 pagi sampai 7 malam tapi jam 1 sampai 2 siang café ditutup.
“ Sano, ayo pulang sudah jam 7 nih. Kamu ngapain sih ? “ tanyaku
“ Iya kamu tutup pintunya aja dulu, aku masih nyiapkan yang harus dibelanja buat besok. Tapi aku sudah selesai kok. “
“ Ayo…” kataku sambil menarik tangan Sano untuk pulang.
“ Iya, iya.”
“ Buat apa sih?” tanyaku
“ Putri gak masuk jadi besok pagi aku kerumahnya menyuruhnya belanja barang ini. “ Aku dan Sano setiap hari pulang pergi kerja selalu bersama maklum rumah kami dekat. Biasanya Sano mengantarku sampai depan rumah dan kalau berangkat selalu menungguku di depan rumah.
“ Nad, masa kamu gak berani sih pulang sendirian? Ih…. Penakut banget.”
“ Ah….. Sano ! Nanti kalau aku diculik gimana? Kamu mau gak tanggung jawab?”
“ Astaga Nadia, penjahat aja kalau lihat kamu pasti langsung ketakutan dan kabur. Bisa-bisa mereka tewas kena pukulanmu yang gak beraturan itu.” goda Sano padaku
“ Ih…….. kamu ini ya nyebelin banget.” Akupun mencubit Sano
“ Tuh kan, aku aja yang gak salah malah jadi korban. Lihat nih, tanganku merah semua kamu cubitin apalagi penjahatnya bakal gak selamet deh mereka pokoknya. “
“ Ah…….Sano !”
“ Saanooo……”
Terdengar suara seseorang memanggil Sano kemudian kami pun menoleh kebelakang. Seorang pria menghampiri kami.
“ Hai, Sano !” sapa pria itu
“ Rio ?” balas Sano dengan terkejut
“ Syukur deh masih ingat aku. Kukira kamu sudah lupa.”
“ Ya enggak lah.Lama tidak bertemu gimana kabarmu?”
“ Baik, kamu sendiri? Pulang kerja ya? dimana?”
“ Aku kerja di café ujung jalan sana.” kata Sano sambil menunjuk kearah café
“ Pacar kamu ya?” kata pria itu sambil melihatku
Kuamati wajahnya, dia……dia kan cowok yang menabrakku waktu itu? Ya Tuhan, dia ternyata teman Sano dan kalau dilihat semakin dekat dia tambah tampan. Aduh, kok jantungku berdebar gak karuan ya? Ya Tuhan, tolong aku
“ Hm… dia teman kerjaku kebetulan kami sejalan jadi bareng aja.” balas Sano
Dia melihat wajahku sambil tersenyum. Jantungku rasanya mau lepas, aduh….. kenapa sih aku ini ? Dia pun mengulurkan tangannya padaku.
“ Aku Rio teman kuliah Sano dulu. “
“ A…… aku Nadia.” balasku sambil terbata-bata
Ternyata namanya Rio, dia benar-benar membuatku gila. Rio……. Rio…… aku suka sama kamu……
“ OK deh kapan-kapan aku mampir kesana ya? Sano, Nadia aku pulang dulu ya? “
Dalam hati aku begitu bahagia, sekarang aku tahu namanya. Hm…… lama-lama aku bisa gila mikirin Rio terus. Sepertinya aku jatuh cinta pada Rio. Esoknya, café sedang sepi. Aku dan Sano asyik ngobrol di depan sedangkan Putri, dia lagi telpon-telponan sama pacarnya. Kadang aku merasa kerja disini santai banget dan sesuka hati kita habis yang punya Sano orangnya nyantai banget. Tiba-tiba bunyi lonceng pintu berbunyi berarti ada tamu dong. Rio?
“ Siang Nadia!” sapa Rio
“ Siang juga…..” aku benar-benar bahagia bisa melihat Rio lagi.
“ Hai Rio, kamu mau pesan apa? “ tanya Sano sambil menuju dapur
“ Blackforest sama kopi ya?” lalu Rio duduk dan akupun mengambilkan kue pesanan Rio didapur.
“ Ini kuenya dan kopinya.” aku menyerahkan pesanan Rio. Kami bertiga asyik mengobrol dimeja tempat Rio duduk. Tiba-tiba seorang cewek menarik tanganku.
“ Minggir…..Aku pesan orange juice ya? kata cewek itu lalu duduk disebelah Rio. Aku dan Sano pun kedapur untuk membuatkan pesanan cewek itu dengan muka kesal. Kupandangi cewek itu, tingkahnya begitu menjengkelkan. Bayangkan saja kursinya di dekatkan dengan Rio dan ia pun mengandeng tangan Rio. Ih….sebel banget deh pokoknya. Aku pun menyerahkan pesanan cewek itu.
“ Ini pesanannya.” aku pun menaruh gelas berisi orange juice di sebelahnya lalu aku membalikkan badan dan tiba-tiba terdengar bunyi barang pecah di belakangku. Saat ku menoleh ke belakang gelas berisi orange juice itu pecah dan minumannya tumpah di baju cewek itu. Kok bisa sih?
“ Dasar pelayan bodoh! Lihat gelasnya pecah dan minumannya tumpah ke bajuku.”
“ Ups…maaf. Tapi itu kan salah kamu sendiri.” kataku
“ Beraninya kamu….. Lihat bajuku jadi kotor! Ini tuh baju kesayanganku tau.” jawab gadis itu sambil berdiri dan berkacak pinggang lalu aku mengambil lap dan membersihkan bajunya.
“ Dasar bodoh! Bajuku malah semakin kotor. Aku tidak peduli kamu harus menyerahkan bajumu. Aku tidak mau pakai baju kotor seperti ini.” bentak cewek itu.
“ Tapi aku cuma bawa baju ini saja. Ini kan bukan salahku, kamu aja yang gak lihat. Orang gelas sudah kutaruh ditempatnya kok!” jawabku. Ih…bajuku mau dipakai nanti aku gimana? Baju café sedang kucuci dan aku pakai bajuku sendiri masa aku mau telanjang sih? Ogah banget. Kemudian aku membalikkan badan dan cewek itu menarik tanganku.
“ Hei, lepaskan baju itu atau kau kutelanjangi disini? Aku gak mau pakai baju kotor dan bau seperti ini. Lebih baik aku pakai saja baju jelekmu itu.”
“ Aow…..sakit!” tanganku semakin ditarik dengan kencang. Aku mau menampar cewek itu tapi tiba-tiba…
“ Hentikan Ana !” Rio pun menarik tangan cewek itu.
“ Tapi Rio, dia berani kurang ajar pada aku.” jawab cewek itu dengan manja.
“ Kau yang salah, seharusnya kau minta maaf karena memecahkan gelas café bukan malah bersikap begitu. Lebih baik kau keluar dari sini! Ini café temanku jadi aku gak mau ada keributan disini. Pergi!!!” bentak Rio pada cewek itu.
Cewek itupun pergi sambil menangis. Tapi Rio serem ya kalau marah, apa aku juga bakal dimarahin seperti cewek itu ? Rio membantuku memungut pecahan gelas itu.
“ Maaf ya dia sudah kurang ajar padamu. Dia itu bukan pacar aku, tapi tingkahnya sungguh menyebalkan.” Rio pun tersenyum padaku. Apa tadi dia membela aku? Oh Tuhan, Rio benar-benar menyihirku. Lalu kebetulan hari sudah malam, kami semua pulang bersama.
“ Sano, Nadia, Rio…. Aku pulang dulu ya? Aku sudah selesai beres-beresnya.Dah..”
“ Eh, Putri tunggu……Masa pulang duluan sih? Dasar anak itu….” balasku
Aku, Sano dan Rio pulang bersama. Pertama sih aku masih canggung jalan sama Rio. Aku jalan disebelah kiri jadi Sano yang ditengah. Tapi tiba-tiba Rio menarik tanganku
“ Cewek itu ditengah kalau hilang gimana? “ aku pun tersenyum sambil menatap Rio.
“ Sano, kau lihat kejadian tadi gak? Ternyata Nadia galak ya? “
“ Apa kamu baru tahu? Hm…aku aja sering sakit semua dipukul dan dimarahi sama dia. Sampai-sampai aku gak tahu siapa sih sebenarnya pemilik café itu, aku atau Nadia.”
“ Ah….Sano! “
“ Tapi untungnya kamu gak jadi dilucuti sama cewek itu.Kalau iya pasti saat aku ngantar kamu pulang nanti aku dikira bawa orang gila kemana-mana lagi….” canda Sano
“ Ih….. Sano jahat.” akupun mencubit Sano
“ Iya, iya ampun…… Tu kan Rio, Nadia ini benar-benar galak kan?” kata Sano sambil memegangi tangannya yang kucubit tadi.
“ Ih….salah sendiri ngejekin aku.” balasku.
“ Jadi tiap hari kalian begini ya? Aku jadi iri. “lalu Rio pun terdiam
“ Oh iya Rio, bagaimana kabar Chika? Sudah lama gak ada kabar darinya.” tanya Sano
Chika siapa? Kulihat wajah Rio sepertinya dia kaget dan seperti orang bingung. Bagaimana Sano kenal Chika? Apa adik atau kakak Rio ya?
“ Hmm….. oh iya Sano kalian lewat jalan lurus ya? aku belok dulu ya? Sampai jumpa?” kata Rio lalu ia pun pergi. Kenapa?
“ Sano, Rio kenapa sih kok kelihatannya dia menghindar begitu.” tanyaku
“Entahlah, aku juga gak tau.”
“ Memangnya Chika siapa sih? “
“ Dia adalah pacar Rio sejak kami masih kuliah. Tapi sekarang sepertinya Chika gak pernah ada kabarnya.” jawab Sano. Pacar ya? Jadi Rio sudah punya pacar? Kok aku jadi sedih begini. Sambil jalan aku terus memikirkan Rio dan kekasihnya, Chika.
Beberapa hari ini Rio sering ke café. Aku senang sekali bisa setiap hari bertemu Rio. Tapi sebenarnya ada banyak hal yang ingin kuketahui tentang Rio bukan cuma Chika sebagai pacar Rio. Semakin hari kehadiran Rio selalu kutunggu. Aku semakin mencintai Rio walau aku tahu dia sudah punya orang yang dicintainya. Suatu hari Rio menelponku, dia mengajakku bertemu di taman. Kebetulan hari ini café tutup jadi aku bisa menemuinya. Aku senang sekali bisa jalan berdua dengan Rio.
“ Maaf, apa kamu sudah menunggu lama? “ tanyaku.
“ Tidak, aku juga baru saja datang.” jawab Rio.
“ Ada hal penting apa sih yang ingin kau bicarakan? “
“ Nadia, maukah kau menjadi kekasihku?”
Kekasih? Ya Tuhan, Rio menembakku? Apa aku sedang bermimpi? Kucubit tanganku dan ini bukan mimpi. Jantungku bertabuh seperti genderang. Apa aku benar-benar sudah gila ya? Tapi jika itu benar, aku benar-benar bahagia.
“ Ma…..maksud kamu? Aku dan kamu pacaran?”
“ Iya ” jawab Rio. Aku bahagia sekali…..doaku terkabul. Tunggu….tapi dia kan masih punya Chika. Lalu apa maksud dia? Tapi ketika kupandang Rio ekspresi wajahnya begitu aneh seperti orang yang kebingungan dan dikejar sesuatu.
“ Rio, ada apa ?”
“ Maafkan aku Nad………”
“ Maksudmu apa sih ?” Perasaanku jadi tidak enak, apa maksud Rio?
“ Kau pasti bingung kenapa dulu waktu Sano tanya tentang Chika aku menghindar. Sebenarnya Chika adalah kekasihku sejak tiga tahun yang lalu. Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali bertemu. Sudah lama aku memendam rasa cinta padanya hingga suatu hari aku memberanikan diriku untuk mengungkapkan rasa cintaku padanya. Dan dia pun menerima aku. Aku benar-benar bahagia.”
Saat melihat wajah Rio yang sedang menceritakan Chika, kelihatannya Rio benar-benar bahagia. Mendengar semua itu, hatiku sakit sekali. Kucoba untuk bersikap tenang didepan Rio.
“ Lalu kalau kau mencintainya kenapa kau ingin aku jadi kekasihmu?” tanyaku.
“ Dua tahun yang lalu, Chika pergi tanpa pamit padaku. Setelah kubertanya pada orang tuanya, ternyata Chika kuliah di luar negeri. Aku begitu yakin Chika tidak akan meninggalkanku. Dia pasti kembali. Lalu untuk melawan rasa kesepian dan kesedihanku karena kepergian Chika, aku pun mulai pacaran dengan sejumlah wanita. Hingga tujuh bulan yang lalu aku menerima telegram dari Chika. Telegram yang berisikan satu kalimat yang sangat pendek ‘Tunggulah aku…..’ hanya itu.” Rio pun berhenti berkata-kata.
Hatiku semakin gusar. Aku tak tahu apa maksud Rio dan aku begitu tidak suka mendengar Rio menceritakan Chika di hadapanku. Rasanya begitu sakit. Lalu kucoba untuk kembali bertanya
“ Apa hubungannya dengan semua ini sih?”
“ Orangtuaku tidak mau aku menunggu Chika terus-terusan. Dan mereka akan menjodohkanku dengan wanita lain. Kau tahu kan seperti apa wanita-wanita di luar sana? Mereka agresif dan aku juga tidak mau mengkhianati Chika. Karena itu……karena itu, jadilah pacar sementaraku.” tegas Rio.
Jantungku berhenti seketika. Pacar sementara? Apa maksud Rio? Pikiranku begitu kalut lalu kucoba menarik nafas dalam-dalam dan mulai bicara
“ Maksud kamu apa?” tanyaku.
“ Aku ingin kau menjadi pacarku sampai Chika datang. Atau aku akan menjadi pacarmu seutuhnya tapi bantu aku melupakan Chika.”
“ Aku gak ngerti Rio…..” balasku sambil kucoba menahan airmataku.
“ Aku mohon Nad, jadilah kekasihku. Lebih baik kau yang jadi kekasihku daripada cewek lainnya. Aku berjanji akan membahagiakanmu.” pinta Rio
Aku terdiam. Rio memandangku dengan penuh keseriusan. Jadi pacar Rio ya, itu memang yang kuharapkan. Tapi aku harus pergi dan melupakan Rio bila Chika pulang? Enggak, aku gak mau kehilangan cinta yang sudah ada dalam genggamanku. Tapi bagaimana bila Rio dengan wanita lain? Bukankah ini harapanku walau sejenak tapi aku bisa memiliki Rio. Tapi aku mesti bilang apa pada Sano pasti dia akan marah. Ku menutup mataku lalu setelah tenang aku mulai menjawab
“ Baiklah. “ jawabku dengan berat
“ Kalau begitu mulai hari ini kau adalah pacarku dan aku akan mengenalkanmu pada orangtuaku.”
“ Tunggu Rio, aku ingin minta satu hal.”
“ Katakan saja pasti kulakukan untukmu.”
“ Jangan katakan tentang status pacaran kita yang hanya sementara ini kepada Sano. Bilang saja kau mencintaiku dan ingin jadi pacarku itu saja.”
“ Baiklah.” kata Rio.
Hatiku pedih sekali. Aku takut kehilangan Rio. Tapi……bukankah dengan begini aku bisa memiliki Rio seutuhnya walau hanya sekejap. Mungkin Rio memang mempermainkanku tapi bukankah dengan begini aku bisa memiliki kenangan indah bersama orang yang kucintai? Lalu Rio memperkenalkan aku pada orangtuanya dan setelah itu dia mengantarku pulang. Tangan Rio begitu erat menggandeng tanganku. Aku begitu bahagia. Meski ini hanya permainan tapi bukankah mulai hari ini aku resmi jadi pacar Rio? Esoknya sepulang kerja Rio mendatangiku ke cafe
“ Hai Nad, ayo kita pulang?” kata Rio sambil menggandeng tanganku
“ Rio?” kata Sano yang begitu terkejut melihat sikap Rio padaku.
“ Oh iya Sano, apa Nadia belum cerita? Aku dan Nadia sudah pacaran sejak kemarin.”
“ Apa? “ Sano begitu terkejut mendengar hal itu lalu dia memandangi wajahku
“ Maafkan aku Sano, aku belum sempat cerita padamu.” jawabku. Aku pun tertunduk. Lalu kami bertiga pulang bersama. Sepanjang jalan Rio mengajakku bercanda dan menggandeng tanganku. Seperti biasa Rio beda jalan dengan dengan kami. Dia pun belok dan kami tetap jalan lurus. Lalu kini tinggal aku dan Sano berjalan berdua.
“ Sano, kamu kenapa sih? Marah ya sama aku? Maaf tadi aku tidak cerita padamu.”
“ Nad, kau tahu kan kita berteman sudah sekian lama dan mengapa kau masih gak percaya sama aku?” tanya Sano. Aku tahu aku salah jadi aku hanya diam saja lalu Sano menghentikan langkahnya dan berkata
“ Aku tidak setuju akan hubunganmu dengan Rio.” kata Sano.
“ Apa? Kenapa?” aku begitu terkejut mendengar kata-kata Sano itu.
“ Kau tahu Rio adalah seorang playboy. Dia hanya mencintai Chika karena Chika begitu sempurna. Dia hanya akan mempermainkanmu saja Nad.”
“ Enggak, itu gak benar. Kukira kau bisa mengerti aku tapi ternyata tidak. Kau jahat…..” akupun berlari pulang sambil menangis. Kenapa kau tidak mengerti perasaanku Sano? Tapi mungkin Sano benar tapi Rio melakukan semua ini demi Chika bukan untuk mempermainkanku. Esoknya Sano tidak ada didepan rumah, biasanya dia selalu menungguku untuk berangkat bersama-sama. Sesampainya di café kulihat Sano sibuk sendiri. Dia juga gak menyapa aku seharian ini.
“ Sano, apa kau marah padaku?”
“ Tidak “
“ Apa kamu sakit?”
“ Tidak “
“ Lalu kenapa kau mengacuhkan aku?”
“ Tidak “
“ Tapi dari tadi kenapa kau hanya diam saja?”
“ Tidak “
“ Kau hanya jawab tidak tidak melulu dari tadi.” Akupun diam sejenak tak terasa airmataku menetes.
“ Nad?” tanya Sano.
“ Aku benar-benar mencintainya. Aku mencintainya sebelum kau bilang dia teman kuliahmu. Aku menyukainya sejak pertama bertemu. Lalu apa aku salah kalau aku menerimanya bila ia mengatakan ia juga mencintaiku? Aku tahu kau mengkhawatirkanku, tapi……….tapi……..aku terlalu mencintainya.” Tak terasa airmataku semakin menjadi-jadi. Lalu Sano pun membelai rambutku.
“ Maafkan aku, bila aku tidak mengerti akan perasaanmu.”
“ Aku hanya ingin bersamanya dan bersamanya. Kuharap kau mau mengerti akan perasaanku padanya.”
“ Bodoh ! Mana mungkin aku membiarkanmu sedih? Kalau kau memang mencintainya dan dia mencintaimu, aku pasti setuju. Sudah jangan cengeng dong!”
Perkataan Sano membuatku semakin merasa bersalah padanya. Aku telah membohonginya. Aku tersenyum mendengar perkataan Sano tadi. Lalu kulihat Rio masuk dan aku pun menyeka airmataku.
“ Hai Rio, ada apa?” tanyaku.
“ Aku mau mengajak kau keluar untuk jalan-jalan” jawabnya.
“ Aku kan masih kerja?” balasku.
“ Sudah kau pergi sana lagian kan hari ini café cuma buka setengah hari. Rio jaga Nadia ya?” kata Sano.
“ Terima kasih, aku ganti baju dulu ya?” lalu akupun ganti baju dan pergi dengan Rio. Rio mengajakku jalan-jalan. Hm…. ternyata begini ya rasanya jalan-jalan sama orang yang kita cintai. Sepanjang jalan Rio mengajakku bercanda dan mulai bercerita tentang ini dan itu. Dia pun mengajakku makan nasi goreng di sebuah warung di pinggir jalan. Meski hanya nasi goreng tapi rasanya enak banget. Ya, mungkin karena makannya sama Rio jadi semuanya terasa enak. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam tak terasa aku jalan-jalan dengan Rio cukup lama. Lalu kami pun pulang, Rio mengantarku sampai depan rumah.
“ Terima kasih ya Rio? Aku benar-benar bahagia hari ini.” kataku.
“ Akulah yang seharusnya berterima kasih padamu. Sudah masuk sana sudah malam nanti kamu dimarahi orang tuamu lho.”
“ Iya. “ akupun tersenyum pada Rio dan mulai masuk kedalam rumah.
“ Nad, tunggu…..” akupun membalikkan badan dan Rio mencium keningku.
“ Selamat malam, semoga tidurmu nyenyak. “ sambung Rio
Aku masih tercengang tapi Rio sudah pulang menuju rumahnya. Dari jauh kulihat punggung Rio. Ya Tuhan…….aku benar-benar bahagia saat ini. Aku tak peduli ini nyata atau palsu, pacar sementara atau apalah aku tak peduli. Yang penting saat ini Rio milikku dan aku akan menikmati semua ini.
Hari-hari pun berlalu, Rio semakin menunjukkan kalau dia menyayangiku. Hari ini aku menerima sebuah kartu kecil bergambar berwarna merah dan sebuah kotak terbungkus rapi di depan rumahku. Lalu kartu itu kupungut dan kubuka. Dari Rio untuk aku? ‘ Malam ini jam 7 kutunggu kau di depan rumahmu. Datanglah dan pakailah gaun ini. ‘ Kubuka kotak itu dan ada gaun di dalamnya. Gaunnya begitu indah dan bagus. Sebuah gaun berwarna merah muda dengan warna yang begitu terang dan dipenuhi payet putih yang tampak berkilau di bagian depan gaun. Pasti harganya mahal. Ya Tuhan, so sweet banget.
Malam pun tiba,aku memakai baju itu dan begitu indah. Kulihat mobil Rio sudah ada di depan rumahku. Aku masuk kedalam mobil itu terlihat Rio begitu tampan.
“ Kau terlihat begitu cantik Nadia….” kata Rio
“ Terima kasih. Rio, kita mau kemana sih kenapa kau menyuruhku memakai pakaian seperti ini?” tanyaku.
“ Aku ingin mengajakmu dinner.” jawab Rio.
Aku terkejut mendengar hal itu. Rio mengajakku dinner berdua? Sesampainya disana Rio menyiapkan kursi untukku. Begitu banyak lilin dan lampu warna-warni dengan alas meja dan kursi yang berwarna putih. Hm…..Rio benar-benar romantis.
“ Apa kau suka?” tanya Rio.
“ Tentu, aku sangat suka sekali. Rio, terima kasih “ kataku.
“ Sama-sama.”
Makan malam yang indah. Belum pernah aku makan malam dengan suasana seperti ini. Tapi saat makan malam aku tak banyak bicara. Jantungku berdebar gak karuan melihat Rio yang terlihat begitu sempurna. Saat Rio hendak membukakan pintu mobilnya untukku muncul seorang wanita yang menghampiri Rio.
“ Jadi ini pacar barumu? Gak cantik-cantik amat. Rio, Rio…. Aku bingung padamu kenapa kau bisa memilih gadis itu padahal aku sudah menyerahkan segalanya padamu. Apa kau sudah bosan pada gadis cantik sampai mencari gadis standart seperti dia.” kata wanita itu.
“ Cukup Mira, dan kau lebih baik pergi dari sini. Asal kau tahu dia lebih baik dari pada kau!…..” bentak Rio pada gadis itu. Aku hanya terdiam lalu kami pun pulang. Sesampainya di depan rumahku aku turun.
“ Nad, jangan dipikirkan cewek itu tadi ya?” kata Rio sambil menghiburku.
“ Tentu. Terima kasih ya buat malam yang indah ini? “ balasku. Lalu akupun pulang. Aku tahu bila dibandingkan dengan mantan pacar Rio yang lain aku gak ada apa-apanya. Mungkinkah karena itu dia memilihku sampai Chika pulang? Ah…..sudahlah! Yang penting sekarang Rio memilihku, urusan Chika biarlah paling-paling dia juga pulang masih beberapa bulan lagi. Semoga saja.
Sejak malam itu, aku semakin bersyukur telah menjadi pacar Rio dan merasakan kebahagiaan bersamanya. Aku bahkan sering berdoa supaya Chika tidak kembali. Dengan begitu Rio akan tetap jadi milikku. Aku tahu ini jahat tapi aku benar-benar cinta dan tak mau kehilangan Rio. Hari ini aku belanja barang-barang kebutuhan café. Sano sibuk jadi aku yang disuruh belanja. Aku belanja di supermarket terdekat tapi ketika kubermaksud mengambil mentega aku tak bisa karena berada di rak yang paling atas.
“ Ini.” Seorang cewek mengambilkannya untukku.
“ Terima kasih ya?” balasku. Cewek itu begitu tinggi seperti seorang model. Kuamati wajahnya, dia begitu cantik. Rambutnya ikal, wajahnya imut dan putih. Ketika dia tersenyum ada semburat warna merah muda di pipinya. Mirip sekali dengan artis luar Barbie Zhu saat main di film Corner With Love. Hm…. bikin iri saja.
“ Kamu bukan orang sini ya?” tanyaku.
“ Enggak kok. Rumahku tidak jauh dari sini kok. Kenapa?” tanyanya
“ Eh…..aku cuma nggak pernah lihat kamu saja.” kataku.
“ Iya, aku dulu bukan warga sini tapi orang tuaku pindah dan aku kuliah ke Australia. Sudah dulu ya, ibuku sudah menunggu belanjaannya di rumah. Da….”
Cewek itupun pergi. Gila, dia benar-benar perfect dan baik hati. Setelah itu aku kembali ke café. Aku menceritakan pertemuanku dengan gadis cantik itu pada Sano. Dan dia hanya bilang oh.
“ Sano, kamu normal gak sih?” tanyaku.
“ Memang ada apa?” tanya Sano bingung
“ Aku cerita cewek yang perfect, kamu gak tanya dimana rumahnya. Apa jangan-jangan kamu gay ya? Oh tidak, Sano kamu baik-baik saja kan?” Kemudian Sano menyundul kepalaku dengan tangannya.
“ Bodoh, ya enggak lah!! Kamu ini……….aduh…..kok ada ya cewek seperti kamu ini.” jawab Sano.
“ Habis kamu dari tadi hanya bilang oh dan oh.”
“ Habis mau ngomong apa? Paling-paling dia sudah punya pacar. Lagian cewek secantik itu mana mungkin suka sama aku.”
“ Mungkin saja. Kalau kulihat-lihat kamu tampan juga kok.”
“ Lalu kenapa kau tidak suka sama aku?” goda Sano.
“ Tapi aku kan sudah punya pacar.”
“ Jadi kalau belum kamu mau denganku kan?”
“ Ih….Sano genit. Ya sudah kalu gitu maaf ya aku sudah mengataimu?”
“ Dasar kamu ini. Bagaimana hubunganmu dengan Rio?” tanya Sano
“ Baik-baik saja. Sano, kau tahu aku benar-benar bahagia sejak menjadi pacaran Rio.”
“ Tapi dia gak macam-macam padamu kan?”
“ Enggak, dia baik sekali” jawabku.
“ Nad, kemarin buku diarymu tertinggal. Mungkin terjatuh saat kamu pulang. Nad, kamu berbohong ya?” tanya Sano
“ Mak….maksud kamu apa sih?” aku begitu takut. Jangan-jangan Sano sudah membacanya. Pasti dia akan marah.
” Kenapa kau membohongiku Nad? Jawab!” bentak Sano.
Kamipun terdiam beberapa menit. Suasana berubah menjadi tegang. Padahal barusan kami bercanda. Seperti apapun itu aku tidak akan bisa bohong pada Sano. Lambat laun dia juga pasti akan tau tentang kebohongan ini. Aku harus bicara jujur padanya.
“ Sano……..maafkan aku. Sebenarnya aku telah membohongimu. Tapi aku benar-benar mencintainya. Aku gak mau kehilangannya.”
“ Nad, ceritakan dari awal.” paksa Sano.
“ Aku dan Rio sepakat agar kami menjalin sebuah perjanjian.”
“ Perjanjian? Apa maksudmu?” tanya Sano.
“ Aku…..aku menjadi pacar sementara Rio sampai Chika pulang. Aku tahu kamu akan marah makanya aku tidak cerita yang sebenarnya padamu. Tapi diary itu jatuh dan kau sudah membacanya jadi aku tak bisa lagi bohong padamu. Sano, aku tahu Rio hanya mempermainkanku saja tapi aku rela….aku mencintainya. Rio gak bermaksud buruk, dia cuma ingin orangtuanya gak menjodohkannya dengan wanita lain. Kamu sebagai sahabatnya tentu tahu bagaimana sikap cewek-cewek diluar sana? Mereka agresif dan Rio gak suka sama mereka. Karena itu, aku bersedia menjadi pacar sementaranya. Maafkan aku Sano…….” Akupun meneteskan airmata mengingat aku akan kehilangan Rio ketika Chika pulang. Tapi kulihat Sano menangis? Ya Tuhan, aku telah menyakiti perasaan sahabat aku sendiri?
“ Aku tahu ada yang kau sembunyikan? Asal kau tahu Nad, aku…aku sama sekali tidak membaca diary itu. Aku tahu bila aku membacanya sama halnya dengan aku tak percaya padamu. Tapi…..kau malah mengecewakan aku.”
Jadi Sano tidak membacanya? Aku semakin merasa bersalah pada Sano. Airmataku semakin mengalir.
“ Aku tahu aku salah. Aku cuma ingin bersamanya walau sekejap.” balasku.
“ Begitu besarkah rasa cintamu untuknya? Nad, aku tak akan menyalahkanmu. Tapi bila Chika kembali, kau harus siap dan kuat.” Aku hanya menganggukkan kepala.
Sano sudah tahu semuanya, setidaknya tak ada beban bagiku. Hubunganku dengan Rio berjalan dengan menyenangkan. Seminggu setelah itu saat aku bersama Rio jalan-jalan,
“ Hai Rio…” sapa Mira, gadis yang kutemui saat makan malam dengan Rio
“ Apalagi maumu Mir ?” tanya Rio
“ Aku cuma mau kasih tahu kamu kalau Chika sudah pulang.” kata gadis itu
“ Jangan coba-coba membohongiku lagi atau….”
“ Eits…kalau gak percaya lihat itu ada pembantunya Chika tanya aja sendiri.”
Tak jauh dari tempat kami berdiri ada seorang perempuan paruh baya sedang berbelanja. Perasaanku jadi kacau. Bagaimana kalau Chika sudah pulang? Apa yang harus kulakukan?
“ Bi, apa benar Chika sudah pulang?” tanya Rio.
“ Eh…den Rio. Sudah den, sudah 10 hari yang lalu. “
Jadi Chika benar-benar sudah pulang? Rio langsung berlari ke rumah Chika tanpa pamit dan bilang sepatah katapun padaku. Hatiku sakit sekali.
“ Tuh kan, dia hanya ingin mempermainkan kita semua.” Kata Mira
“ Enggak. Itu gak benar, Rio memang terlalu mencintai Chika. Aku tahu ceritanya semua jadi itu wajar.” balasku
“ Hm….bodoh. Kau pikir hanya kau saja yang tahu? Kami mantannya juga tahu semua tentang Chika dari mulut Rio sendiri. Tapi kami tak peduli kami enjoy dengan Rio dan kami membuatnya melupakan Chika saat bersama kami. Lalu kamu….pasti kamu hanya diperalat saja kan? Aku sudah bilang pacar Rio kelas atas dan kamu tak mungkin masuk kategori kecuali ada maksud lain.”
“ Hentikan. Itu gak benar.”
“ Oh….cup cup cup….jangan nangis dong. Tapi terserah kamu.”
Mira pergi sambil tertawa dan aku tetap disitu menangis dan menangis. Aku berjalan tanpa peduli semua oramg melihatku menangis. Hatiku terlalu sakit. Lalu aku duduk ditaman.
“ Nad, kamu kenapa? “ tanya Sano. Akupun langsung menangis di dada Sano.
“ Dia sudah pulang….Chika sudah pulang….” aku malah menangis keras di dada Sano
“ Apa kamu yakin?”
“ Iya…..Rio pergi kesana kerumah Chika. Sano, aku sedih sekali….”
“ Aku sudah pernah bilang kalau Chika pulang kau harus kuat tapi kenapa kau malah cengeng.” Aku hanya menangis dan menangis. Sano menemaniku dan menghiburku. Tapi ini pasti akan terjadi. Aku mencoba menjalani hariku seperti dulu kala sebelum kumengenal Rio. Sampai seminggu aku belum bisa menghapus kesedihanku karena kehilangan Rio. Tapi setelah itu aku mulai belajar untuk tegar. Selama itu pula Rio tak pernah menemuiku dan meneleponku.
Suatu hari aku mendengar Sano ngobrol ditelepon sepertinya dengan Chika. Karena tadi Sano selalu memanggil nama Chika. Lalu pelan-pelan kedengarkan pembicaraan Sano dari balik pintu.
“ Gadis itu adalah temanku sejak kecil. Aku mencintainya sangat mencintainya. Kau tahu kan gimana rasanya bila orang yang kau cintai mencintai orang lain.” Lalu Sano terdiam sepertinya Chika sedang berbicara lalu Sano pun kembali bicara
“ Iya, maafkan aku Chika. Gadis itu namanya Nadia, dia teman kerjaku di café.”
Jantungku serasa terhenti karena ucapan Sano tadi. Sano mencintai aku? Aku pun duduk dikursi pengunjung kebetulan café mau tutup. Lalu Sano keluar dari dapur
“ Nad, ayo kita pulang Putri sudah pulang lho.” ajak Sano.
“ Sano, apa tadi yang kudengar benar?”
“ Apanya?” tanya Sano
“ Apa benar orang yang kau cintai selama ini yang tak pernah membalas cintamu dan mencintai orang lain adalah…..” aku tak kuasa melanjutkan kata-kataku
“ Adalah kamu Nad. Itu benar. Aku mencintaimu sejak dulu. Aku sedih sekali saat kau lebih memilih Rio. Tapi, asal kau bahagia akupun ikut senang. Aku tahu kau pasti terkejut.”
“ Sano, aku…..aku masih bingung dengan semua ini. Kumohon jangan ganggu aku dulu.” Akupun pergi dan pulang ke rumah. Aku menangisi semua ini. Orang yang kucintai meninggalkan aku dan sahabatku sendiri mencintai aku. Tak tahu sejak kapan aku jadi tambah cengeng sebentar-sebentar nangis. Mungkin karena aku adalah seorang wanita.
Esoknya aku tak bicara dengan Sano. Aku butuh ketenangan. Saat pulang, hujan turun deras dan aku tak membawa payung. Tiba-tiba Sano menaruh payungnya ditanganku lalu ia pergi sambil hujan-hujanan.
“ Sano tunggu……” tapi Sano sudah jauh.
Semalaman aku berpikir kenapa aku marah ke Sano bukan salahnya kan kalau dia suka sama aku. Dan bukan salah Rio kan kalu aku mencintainya. Keesokan harinya, mumpung masih pagi aku mau jalan sehat dulu tapi aku bertemu gadis cantik yang kutemui di supermarket itu.
“ Hai…” sapaku.
“ Hai…kamu olahraga ya?” tanyanya
“ Iya, habis sudah lama aku tidak olahraga. Oh iya namaku Nadia.” kataku sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
“ Apa kau kerja di café kue bersama Sano?” tanyanya
“ Iya.” kataku sambil menurunkan tangan
“ Bisa kita bicara di bangku itu? “ pinta gadis itu. Lalu kami duduk di sebuah bangku di pinggir taman sambil ngobrol
“ Namaku Chika. Kau pasti kenal kan sama aku?” kata gadis itu
Ya Tuhan, dia Chika. Gadis yang kubenci karena bisa memiliki Rio seutuhnya adalah gadis yang kukagumi karena kecantikan dan kebaikan hatinya. Wajar bila Rio begitu tergila-gila padanya. Kenapa semuanya begitu kebetulan seperti ini?
“ Iya aku mengenalmu siapa sih yang gak tahu kamu.” Aku terdiam
“ Aku juga tahu semua tentang kamu. Katanya kamu mencintai Rio ya?”
“ Eh…itu…aku dan Rio cuma pura-pura pacaran saja kok!”
“ Aku rela memberikan Rio untukmu asal kau berikan Sano padaku.”
“ Apa? Apa maksudmu?”
“ Sebenarnya aku tidak mencintai Rio sama sekali.” kata Chika. Aku begitu terkejut sampai bingung harus bilang apa.
“ Kau jangan bingung. Kau tahu dari dulu sampai sekarang aku cuma mencintai satu orang. Dia cinta pertamaku, sejak aku duduk di bangku SMP aku sudah menyukainya. Tapi dia benar-benar nggak sadar kalau aku menyukainya. Hingga suatu hari aku memberanikan diri untuk mengutarakan cintaku padanya. Kau tahu, aku bukanlah gadis yang mudah menyukai seorang cowok malah biasanya mereka yang mengejar-ngejarku. Tapi dia bisa membuatku jatuh cinta. Dan ternyata dia membalas cintaku. Hubungan kami berjalan sampai aku SMA. Saat itu pula dia masuk universitas dan dia memutuskan aku. Kau tahu siapa pria itu?”tanya Chika
“ Apa dia Rio?” jawabku sambil menebak-nebak
“ Kau salah. Dia adalah Sano. Kau tahu alasan dia memutuskan aku?”
Chika menangis. Apa yang telah dilakukan Sano
“ Tidak.”
“ Gara-gara kamu…..” kata Chika. Aku benar-benar terkejut
“ Maksud kamu apa?” tanyaku
“ Karena katanya dia kembali bertemu dengan cinta pertamanya saat dia masih kecil yaitu kamu…… Setelah aku putus dengan Sano, Rio bilang dia mencintaiku. Aku berpikir untuk memanas-manasi Sano karena kebetulan Rio teman kuliah Sano. Tapi dia tetap gak peduli sama aku…..Aku bingung akhirnya aku ke luar negeri untuk menjauhi Rio. Tapi setelah kupikir-pikir bukankah lebih baik aku menikah dengan orang yang mencintaiku daripada aku harus menunggu orang yang kucintai mencintaiku.”
“ Sebenarnya nasib kita sama. Andai saja aku adalah kau dan kau adalah aku. Pasti aku bisa memiliki Rio dan kamu bisa memiliki Sano.” kataku.
“ Iya andai saja. Tapi aku akan belajar membalas cinta orang yang mencintaiku. Walau sampai kapanpun hatiku hanya untuk Sano. Karena cinta pertama takkan kunjung lenyap.”
“ Tapi…….” Aku bingung sekali
“ Nad, kumohon jaga Sano ya? Jangan buat dia sedih dan aku berjanji akan membahagiakan Rio untukmu.”
“ Tapi Chika, kita hanya akan membohongi diri kita sendiri?” kataku
“ Cinta kita berempat selamanya tidak akan terbalas bila kita seperti itu. Lebih baik kita belajar mencintai Nad. Kumohon jaga Sano.”
“ Chika…..”
“ Ada apa lagi Nad?”
“ Maafkan aku, selama ini aku begitu membencimu karena kupikir kau memiliki Rio tapi malah mempermainkan perasaannya sehingga dia membalasnya kepada wanita lain. Maafkan aku…..” kataku.
“ Tidak apa-apa……”
Kemudian Chika pun pergi. Kukira dia orang yang paling beruntung di dunia ini. Aku begitu sedih melihat Chika seperti itu. Akupun kembali pulang kerumah dan berangkat ke café. Tapi sesampainya disana aku tak melihat Sano.
“ Hai Nad….” sapa Putri
“ Hai, kok sepi mana Sano?” tanyaku
“ Apa kamu tidak tahu? Tadi pagi dia telepon aku katanya hari ini dia tidak ke café. Katanya sih dia demam. Kukira kamu sudah tahu.”
“ Hm……belum. Oh begitu ya?” Akupun kembali kerja membersihkan café Sano demam? Apa karena kejadian semalam ya? Aduh…..aku jadi merasa bersalah. Apa inikah hidup? Kadang hal yang kita harapkan tak terwujud tapi yang tak kau inginkan jadi kenyataan. Semalaman aku tak bisa tidur banyak sekali hal yang membuatku sedih akhir-akhir ini. Aku mencoba mencari obat sakit kepala dilaciku. Tiba-tiba sesuatu terjatuh dari laciku. Inikan ? Aku menemukan foto waktu aku kecil bersama seorang pria. Siapa dia? Kulihat bagian belakang foto itu ada tulisan Nadia dan Sano. Sano? Ini foto kecil Sano? Kenapa dia bersamaku? Kapan? Aduh…..kepalaku semakin pusing. Kuakui ingatanku cukup buruk bahkan aku sering di bilang pikun sama semua orang tapi seingatku bukankah Sano adalah teman SD aku? Saat pertama datang kekota ini, Sano bilang dia adalah teman kecil aku. Ya, kukira dia teman SD aku. Setelah saat itu, aku dan Sano berteman lalu aku diajak kerja bersamanya di café miliknya. Tapi apa maksud foto ini? Aduh…..aku kok pikun banget.
“ Ibu, apa ibu tahu tentang foto ini? “ tanyaku sambil menunjukkannya kepada ibu
“ Lho, itu kan foto kamu saat masih berusia 4 tahun. Masa kamu lupa sih?”
“ Iya, aku lupa bu. ” jawabku sambil tersenyum
“ Masih muda kok pikun sih?” goda ibuku
“ Ibu, siapa pria ini? Apa benar tulisan dibelakangnya kalau dia itu Sano?”
“ Tulisannya Sano ya? Dulu ibu memang yang nulis. Tapi pria itu adalah teman kamu. Kamu selalu bersamanya dan kamu bilang kamu suka padanya. Dia itu lebih tua darimu satu tahun kalau tidak salah.”
“ Apa? Ibu pasti bohong.”
“ Ya ampun Nad.”
Aku benar-benar bingung. Lalu aku pun tertidur. Aku bermimpi tentang aku dan Sano semasa kecil. Kami bermain dan Sano selalu menjagaku. Lalu akupun terbangun dari tidurku.
“ Aku bermimpi. Rasanya semua itu begitu nyata dan aku mulai ingat. Ibu benar Sano teman masa kecilku. Kenapa aku bisa lupa padanya? Iya, Sano adalah teman kecilku yang selalu melindungiku. Dulu, semua anak tidak mau bermain bersamaku. Mereka sering menghinaku tapi Sano berbeda. Sano selalu bersamaku bahkan ketika aku dijahili teman-temanku, ia melindungiku meski ia juga akan dibenci teman-teman. Iya, aku ingat sekarang. Aku ingat, Sano adalah teman kecilku. Aku harus menemui Sano.”
Akupun bergegas mandi dan sarapan lalu pergi kerumah Sano. Kebetulan café ditutup karena suatu hal. Aku sih tidak tahu tiba-tiba saja Putri bilang kalau café libur hari ini. Ya mungkin karena Sano masih sakit. Akupun langsung menuju ke rumah Sano tetapi di tengah jalan aku bertemu Rio lalu langkah kakiku pun terhenti.
“ Rio? Apa kabar?” sapaku
“ Baik, kamu sendiri gimana?” balasnya
“ Hm….aku juga baik-baik saja. Maaf Rio aku duluan ya?”
“ Tunggu Nad! Aku ingin kita bicara hanya sebentar saja kok.” Lalu kamipun mencari tempat untuk berbicara. Kami duduk di depan sebuah ruko kebetulan disana ada tempat duduk dan rukonya sedang tutup.
“ Ada apa Rio?” tanyaku dengan gugup. Jujur jantungku berdetak begitu kencang. Sudah lama aku tidak bertemu Rio dan aku begitu merindukannya.
“ Nad, maafkan aku.” kata Rio lalu ia terdiam.
“ Buat apa minta maaf? Apa karena masalah Chika? Kalau itu, itu bukan salahmu. Lagian aku sendiri yang sudah setuju menjadi pacar sementara kamu sampai Chika pulang. Dan sekarang Chika sudah pulang jadi sudah selesai kan?” balasku. Tapi Rio masih terdiam.
“ Tenang aja, Chika sudah tahu masalah hubungan kita yang cuma sementara saja. Jadi kamu gak usah khawatir. Beberapa bulan bersamamu aku senang kok. Rio, kamu kenapa kok diam saja sih?” tanyaku. Tiba-tiba Rio memegang tanganku. Deg….apa maksud Rio?
“ Maafkan aku Nad, maafkan aku. “
“ Aku kan sudah bilang gak apa-apa kok.” kataku sambil melepas genggaman tangan Rio. Aku tahu Rio begitu mencintai Chika dan aku sudah mulai merelakan Rio untuk Chika.
“ Nad, sebenarnya aku telah membohongimu…..”
“ Apa maksudmu Rio?” tanyaku.
“ Kau pasti telah diberitahu Chika tentang masa lalu aku, dia dan Sano.”
Aku hanya menggangguk lalu Rio meneruskan pembicaraannya
“ Sebenarnya, sejak Chika pergi aku mencoba mencari kesenangan yang bisa membuatku melupakan Chika. Kupikir bersama wanita lain akan membuatku melupakan Chika tapi masih belum bisa. Sejak mengenal Chika, aku langsung jatuh cinta padanya. Saat ku mengungkapan rasa cintaku padanya dan dia membalasnya, aku begitu bahagia. Meski aku tahu Chika tidak mencintaiku. Aku tahu Chika menerimaku hanya untuk membuat cemburu Sano dan bagiku itu tidak masalah karena aku terlalu mncintai Chika.” Rio kembali terdiam. Pasti dia terluka melihat orang yang disampingnya mencintai orang lain. Karena aku tahu rasanya.
“ Nad, sebenarnya…..aku…..aku mendekatimu dan menjadikanmu pacar sementara itu…..bukan karena orangtuaku yang memaksaku atau menjauhi gadis diluar sana. Tetapi….untuk…..untuk balas dendam.” Jantungku langsung berhenti mendengar ucapan Rio.
“ Ba…balas dendam?”
“ Iya Nad, saat bertemu kamu dan Sano aku tahu Sano begitu mencintaimu lalu muncul ide itu. Sano mencintaimu tapi aku tahu kamu suka padaku lalu aku berpikir bila aku tidak bisa memiliki Chika dan Chika tidak kembali akan kubuat Sano menderita dengan cara menghancurkanmu seperti Chika menghancurkanku. Sekarang Chika bersedia menikah denganku. Maafkan aku Nad, aku tahu aku tak pantas minta maaf padamu. Kemarin aku sudah minta maaf pada Sano, dia begitu marah dan memukul aku lalu kau tahu dia bilang apa? Dia bilang aku telah menyakitimu dan dia akan memaafkan aku bila kau memaafkanku. Nad, maafkan aku….”
Plaaakkkk……tiba-tiba tanganku menampar Rio dengan begitu keras. Hatiku terasa sakit. Rio hanya ingin membuat Sano hancur lewat aku? Airmataku tak kuasa kubendung dadaku begitu sesak dan panas
“ Pukulan itu pantas untukmu bahkan kurang. Apa kau tahu sampai sekarang aku masih mencintaimu? Apa salah bila Chika mencintai Sano? Apa salah bila Sano mencintaiku? Dan apa salah bila aku terlalu mencintaimu. Rio, aku tak peduli bila kau memang ingin mempermainkanku. Kau tahu kenapa? Karena aku terlalu mencintaimu bahkan secara logika wanita mana yang mau dijadikan pacar sementara ha? Itu karena bagiku memilikimu walau sekejap sudah merupakan kebahagiaan tersendiri buatku. Tapi aku tidak bisa memaafkanmu yang sudah menyakiti Sano. Apa kau pikir hanya kau yang terluka? Kau salah, asal kau tahu aku, Chika dan Sano kami semua terluka karena cinta kami tak terbalaskan. Bahkan Chika berkorban agar kisah cinta kita berempat tak berakhir menyedihkan.”
“ Maafkan aku Nad…… sekali lagi maafkan aku…”
“ Sudahlah, semoga kau bahagia…..” kataku. Lalu akupun pergi. Saat meninggalkan Rio airmataku tak berhenti turun. Begitu besar salahku pada Sano. Oh iya, aku harus menemui Sano. Kuseka airmataku dan menuju rumah Sano. Tapi sesampainya disana rumahnya kosong.
“ Mencari siapa mbak?” tanya tetangga Sano yang kebetulan sedang diluar rumah
“ Sano kemana bu ya?” tanyaku
“ Lho, mbaknya gak tahu ya? Sano dan keluarganya sudah pindah kemarin sore.”
“ Pindah kemana bu?”
“ Waduh kalau itu saya tidak tahu.”
Sano pindah rumah? Kemana? Kenapa dia tidak bicara padaku. Aku begitu sedih lalu tak terasa aku berjalan hingga depan TK tempat aku dan Sano dulu. Lalu akupun berhenti dan masuk ke halamannya yang tidak dikunci itu. Aku duduk terpaku sambil menangis.
“ Sano jahat…… Kenapa kau pergi gak bilang padaku? Lalu sekarang kau ninggalin aku sendirian seperti dulu. Hiks…hiks…hiks….”
“ Dasar cengeng. “
Aku tercengang melihat Sano tiba-tiba didepanku. Kemudian Sano duduk disampingku.
“ Maafin aku ya? Aku sudah membuat kau terluka. Maaf bila aku tidak pernah mendengarkan ucapanmu. Maaf….” Akupun menundukkan kepala lalu menangis. Semuanya salahku, kata maaf dariku pun takkan cukup untuk menebus rasa bersalahku pada Sano.
“ Dasar kamu ini. Sudahlah jangan nangis lagi dong. Iya aku sudah memaafkanmu kok!”
“ Lalu kenapa kau pergi? Kenapa kau tinggalin aku sendiri?”
“ Karena aku takut bila aku terus disisimu aku akan semakin mencintaimu. Karena itu aku akan pergi jauh darimu.” kata Sano lalu ia terdiam.
“ Jangan tinggalin aku sendiri. Maafkan aku Sano…….Aku gak mau kehilangan kamu.”
“ Kau sungguh egois! Kau menolakku tapi sekarang menyuruhku tetap disini untukmu?” kata Sano dengan nada tinggi. Spontan akupun terkejut.
“ Sano, aku gak bermaksud begitu. Aku……”
Aku diam kebingungan. Ya, aku memang egois tapi aku juga gak mau kehilangan Sano. Lalu airmataku pun menetes turun membasahi pipiku. Kemudian terdengar tawa Sano yang begitu keras. Akupun menoleh ke arahnya
“ Kamu ini cengeng banget sih? Aku cuma bercanda kok. Aku gak pindah cuma kontrak sebentar soalnya rumahku mau direnovasi. Tapi kontrakanku sekarang dekat lho sama rumahmu.” balas Sano. Kami terdiam sejenak
“ Aku…..aku takut kehilanganmu lagi Sano. Dulu kau selalu bilang kalau aku ini cengeng tapi kau selalu menjagaku disaat teman-teman yang lain menjauhiku. Bagiku kau adalah penolongku. Kau dulu pernah bertanya kenapa aku tidak pernah melawan dan hanya menangis? Sekarang aku sudah menemukan jawabannya because I am girl. Karena itu aku gak mau kehilangan kau untuk kedua kalinya.”
“ Tunggu dulu Nad, maksud kamu? Bukankah kau mengira aku adalah teman satu sekolah kamu?” tanya Sano.
“ Iya, tapi aku sudah ingat sekarang kalau kamu adalah teman kecilku. Kenapa kau gak berterus terang padaku sih?”
“ Ya, maaf. Aku berpikir dan berharap kau akan mengingatku setelah kusebut namaku tapi ketika ku bertemu lagi denganmu kau bahkan tak mengenali namaku. Sebenarnya sejak aku masih duduk di bangku TK aku sudah suka padamu.”
“ Sano, maafkan aku ya?”
“ Baiklah. Hari sudah malam ayo kuantar pulang nanti ibumu khawatir lagi.”
Iya, matahari sudah tidak ada. Kulihat jam ditanganku pukul 6 malam. Tapi tak terasa hari ini aku begitu banyak mengeluarkan airmata karena Rio dan Sano. Di tengah jalan Sano tiba-tiba berhenti
“ Sano, ada apa?” tanyaku
“ Nad, aku cuma mau bilang kalau aku sayang padamu sampai kapanpun.”
Mendengar ucapan Sano itu aku kemudian tersenyum padanya. Lalu kami kembali berjalan dan tiba di depan rumahku.
“ Sudah ya, sampai jumpa besok.” kata Sano lalu pergi
“ Sano” sapaku. Kemudian Sano membalikkan badannya.
“ Ada apa?” tanyanya
“ Apa aku masih pantas meminta cinta darimu? Beri aku waktu untuk membalas cintamu.”
Sano tersenyum lalu akupun masuk kedalam rumah. Perlahan-lahan aku mulai menanamkan benih cinta untuk Sano. Semakin lama aku merasa semakin sayang padanya. Aku bersyukur karena bila Sano memang tercipta untukku berarti aku memiliki kekasih sekaligus sahabat buatku.
Beberapa bulan kemudian aku menerima undangan pernikahan Rio dan Chika. Aku datang kesana bersama Sano karena kebetulan dia sudah menjadi kekasihku. Kulihat Rio begitu gembira begitu pula dengan Chika. Walau kutahu cinta Chika masih untuk Sano. Kadang aku merasa cintaku pada Rio masih ada. Tetapi seiring berjalannya waktu cinta Sanolah yang memenangkan hatiku. Perkenalanku dengan Sano waktu kecil, perasaanku pada Rio, airmata yang selalu mengiringi kisah cintaku dan semua ini terjadi Because I am Girl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar